Minggu, 02 Februari 2020

Pernyataan Sikap Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Banggai Terkait Terbitnya PMK RI No. 3 Thn. 2020

KAMI TIDAK AKAN TINGGAL DIAM!

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020?

Mari kita cermati bersama...

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019 dimana,
Pasal 7 Ayat 2 berbunyi:
Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum paling sedikit terdiri atas:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
c. pelayanan penunjang medik; dan
d. pelayanan penunjang nonmedik.

Pasal 10 Ayat 2 berbunyi:
Pelayanan penunjang medik lain meliputi pelayanan sterilisasi yang tersentral, pelayanan darah, gizi, rekam medik, dan farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11 berbunyi:
Pelayanan penunjang nonmedik terdiri atas laundry/binatu, pengolah makanan, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, sistem informasi dan komunikasi, dan pemulasaran jenazah.

Namun terdapat perbedaan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 dimana,
Pasal 7 Ayat 2 berbunyi:
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum paling sedikit terdiri atas:
a. pelayanan medik dan penunjang medik;
b. pelayanan keperawatan dan kebidanan; dan
c. pelayanan non medik.

Pasal 10 berbunyi:
Pelayanan nonmedik terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya.

Terjadi perubahan pada kategori pelayanan kefarmasian. Dimana pada PMK RI No.30m Thn.2019 pelayanan farmasi masuk dalam kategori pelayanan penunjang medik, kini menjadi pelayanan nonmedik sebagaimana tertera pada PMK RI No.3 Thn.2020.

Pertanyaannya,

Apakah benar farmasis adalah profesi yang tidak berhubungan dengan ilmu pengobatan?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, medik/me·dik/ /médik/ n jururawat. Dalam kata lain pengobatan merupakan penunjang dalam tindakan perawatan pasien baik di Rumah Sakit maupun pada tingkat pelayanan kesehatan lainnya. 

Oleh karena itu kami Ikatan Apoteker Indonesia di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, merasa perlu menyampaikan pernyataan sikap kami terkait peraturan tersebut yang dinilai keliru dalam mengelompokkan profesi tertentu, yang tentu saja akan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara lengkap (dalam hal ini pasien di Rumah Sakit) dalam memperoleh informasi dan edukasi terkait pengobatan yang dijalani.
 
"Jadikan hadirmu jati dirimu, demi Indonesia"




Sabtu, 13 Juli 2019

FARMAKOTERAPI DIARE



Sebelum kita membahas atau mempelajari tentang penanganan diare melalui penggunaan obat dan cara pencegahannya, maka kita perlu mengenal terlebih dahulu apa itu DIARE?
Menurut World Health Organization, diarrhoea is the passage of 3 or more loose or liquid stools per day, or more frequently than is normal for the individual. It is usually a symptom of gastrointestinal infection, which can be caused by a variety of bacterial, viral and parasitic organisms.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indoneisa. Hal ini disebabkan oleh tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.terkait penanganan diare.

Klasifikasi Diare:  
Berdasarkan lama waktunya, diare terbagi dalam 2 kondisi; 
  • Diare Akut (berlangsung kurang dari 15 hari) 
  • Diare Kronik (berlangsung lebih dari 15 hari)
Berdasarkan penyebabnya, diare terbagi dalam 2 kondisi;
  • Diare Spesifik (disebabkan oleh infeksi bakteri)
  • Diare Non Spesifik (bukan disebabkan oleh infeksi bakteri)
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit, maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen (buang angin), malaise, nyeri lambung, diikuti berat badan turun, anoreksia, dan lemah.
Untuk diare yang menyebabkan kekurangan cairan, biasanya pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, hipotensi, takikardi, dan suara menjadi serak.
Berdasarkan derajatnya dehidrasi dibagi menjadi 3 yaitu; (1) Dehidrasi ringan bila kehilangan cairan mencapai 5% BB, (2) Dehidrasi sedang bila kehilangan cairan antara 5% sampai 10% BB, (3) Dehidrasi berat bila kehilangan cairan lebih dari 10% BB.
Tabel Pemakaian Oralit pada Diare 
berdasarkan IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia)

Umur
Kondisi
<1 tahun
1-4 tahun
5-12 tahun
Dewasa
Tidak ada dehidrasi,
Setiap kali BAB beri oralit
100ml
(0,5 gelas)
200ml
(1 gelas)
300ml
(1,5 gelas)
400ml
(2 gelas)
Dengan dehidrasi,
3 jam pertama beri oralit
300ml
(1,3 gelas)
600ml
(3 gelas)
1,2 L
(6 gelas)
2,4 L
(12 gelas)
Mengatasi dehidrasi, setiap BAB selanjutnya
100ml
(0,5 gelas)
200ml
(1 gelas)
300ml
(1,5 gelas)
400ml
(2 gelas)



TERAPI FARMAKOLOGI
  1. Macam-macam obat yang bersifat curative maupun paliatif  pada terapi diare, meliputi; antimotilitas, adsorben,antisekretori, antibiotik, enzim, dan antimikrofilaria intestinal.
  2. Terapi diare akut (< 3 hari) yang tidak disebabkan oleh infeksi (tidak fever dan simtom sistemik) adalah terapi simtomatik seperti;terapi rehidrasi, pemberian loperamide/defenoksilat/adsorben, dan diet. Sedangkan untuk yang disebabkan oleh bakteri (ada fever dan simtom sistemik), menggunakan antibiotik yang sesuai. 
  3. Pada diare kronik (> 4 hari) yang mungkin disebabkan oleh; infeksi intestinal, inflamasi, malabsorpsi, penggunaan obat-obat tertentu, dan gangguan motilitas usus. Jika diagnosis belum dapat ditegakkan, maka diberikan pengobatan simtomatik seperti; terapi rehidrasi, menghentikan penyebab diare potensial, sesuaikan diet atau terapi dengan loperamide atau zat adsorpben. 
  4. Loperamide sering diberikan untuk diare akut dan kronik. Sedangkan obat-obat lain yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmidik/spamolitik atau opium (papaverine, ekstrak belladona, loperamide, kodein, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya akumulasi bakteri (lipat ganda), gangguan digesti dan absorpsi. Karena obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik saja, sedangkan perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat dimana hal ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal bagi pasien.
  5. Adsorbpen, seperti kaolin, pectin, dan arang aktif, bekerja dengan mengabsorpsi secara non spesifik terhadap nutrient, toksin, obat atau zat-zat pembantu pencernaan. JIka diberikan bersamaan dengan obat lain dapat mengurangi bioavailabilitasnya.
  6. Bismut subsalisilat sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan, denga  efek antiskretori, antiinflamasi, dan antibakterial.
  7. Obat yang bekerja sebagai antikolinergik seperti atropin, mengurangi konstraksi saluran pencernaan sehingga memperpanjang masa feses dalam usus.
  8. Penggunaan antibakteri tentunya merupakan terapi kausatif (penyebab) untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri (yang kasusnya hanya sekitar 15%)
  9. Antibiotika perannya hanya ketika diare disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan diare bukan karena infeksi (non spesifik), sehingga antibiotika tidaka diperlukan. Bahkan beberapa antibiotika bisa menjadi salah satu penyebab daire, karena dapat mengganggu keseimabangan mikroflora pada usus. Antibiotika hanya boleh diberikan bila ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan laboratorium, atau ditemukan darah dalam tinja, atau ditemukan secara klinis tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral, serta jika ditemukan di daerah endemik kolera.
PENATALAKSANAAN TERAPI
  1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan (menggunakan oralit)
  2. Pemberian suplemen zink (Zn), direkomendasikan pada anak; 10-20 mg/hari selama 10-14 hari.
  3. Identifikasi penyebab diare, spesifik (menggunakan antimikroba) atau non spesifik (obat yang bersifat suportif dan simtomatik)  
  4. Terapi definitif. Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.
 Tabel Predisposisi, Gejala, dan Terapi Diare karena Infeksi

PATOGEN
FAKTOR
PREDISPOSISI
SIMTOM
OBAT
PILIHAN
OBAT
ALTERNATIF

Salmonella
(nontipoid)
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Mual, muntah, diare, krsm, demam, inkubasi 6-48 jam
Flourokuinolon, dan Sefalosporin generasi III
Ampicillin, Sulfametoksazole, Chloramphenicol, dan azitromisin
Salmonella
(demam tipoid)
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Mual, muntah, diare, krsm, demam, inkubasi 6-48 jam
Flourokuinolon, dan Sefalosporin generasi III
Chloremphenicol, Sulfametoksazole, Ampicillin, dan Amoxicillin
Shigella
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Demam, desentri, kram, inkubasi 12-24 jam
Flourokuinolon
Ampicillin, Sulfametoksazole, Ceftriaxone, dan Azitromisin
Campylobacter
Susu dan telur yang terkontaminasi, perjalanan
Diare, demam, malaise, inkubasi 24-72 jam
Erithromycine, Azitromisin, dan Flourokuinolon
Tetrasiklin, Aminoglikosida, Sefalosporine generasi III, dan Chloramphenicole
C. Difficile
Antibiotik dan antineoplastik
Diare ringan sampai berat, kram
Metronidazole
Vankomisin
E. Coli
Makanan, minuman, sayuran yang terkontaminasi
Mual, muntah, diare ringan hingga berat, dan kram
Sulfametoksazole, dan flourokuinolon
Sulfametoksazole, dan flourokuinolon
Gastroenteritis
(Virus)
Outbreaks, dan makanan terkontaminasi
Mual, diare (dapat sembuh sendiri), kram
Suportif
-

  
Sumber & Referensi: 
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). 2008 
- Priyanto,Apt,M.Biomed,Drs, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Leskonfi.2009
- M.Dachlan.Y.Al-Barry, Yustina Akmalia,S.Kp, A.Rahman Usman, Kamus Istilah Medis,Arkola Surabaya.2001
- World Health Organization, Diarrhoea Diseas, diunduh dari https://www.who.int/topics/diarrhoea/en
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Volume 2, triwukan II. 2011


Salam Sehat,
Ikatan Apoteker Indonesia PC Banggai
Penulis; Ananirmala, S.Farm., Apt













 

Selasa, 18 Desember 2018

JANGAN LUPA BAHAGIA DENGAN BEBAS KOLESTEROL

Bagaimana kita bisa berbahagia jika kolesterol selalu menggangu. Nah, sebelum kita membahas lebih jauh maka sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu apakah yang dimaksud kolesterol itu?



Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam pembentukan dinding sel dan juga energi dalam tubuh kita. Kolesterol ini dapat diproduksi sendiri secara normal oleh tubuh kita dalam jumlah yang tepat (yakni sebesar 80% yang dihasilkan oleh organ hati). Namun jumlahnya dapat meningkat sesuai dengan asupan makanan yang masuk kedalam tubuh kita (yakni sebesar 20%).


Kolesterol memiliki beberapa manfaat didalam tubuh kita, antara lain:

  1. Sebagai komponen lemak penting yang menjadi salah satu sumber tenaga bagi tubuh kita selain karbohidrat dan protein.
  2. Berperan penting dalam produksi hormon seksual dan vitamin D. Juga berperan penting terkait fungsi otak dan saraf.
Kolesterol dalam darah kita terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:


  1. High Densitas Lipoproteins (HDL) atau biasa disebut juga kolesterol baik, berfungsi sebagai sarana transportasi dari arteri dan jaringan ke liver atau organ lain seperti ovarium, kelenjar adrenal, dan testis. Rekomendasi kadar yang baik yakni; 40-50 bagi pria, dan 50-59 bagi wanita. Semakin tinggi kadar semakin baik, jika kurang dari batas kadar tadi maka akan berdampak buruk.
  2. Low Densitas Lipoproteins (LDL) atau biasa disebut dengan kolesterol jahat, berfungsi sebagai sarana transportasi ke arteri dan jaringan. Rekomendasi kadar yang baik yakni; 100-129. Sedangkan batas tertinggi kadarnya yakni; 130-159. Semakin tinggi kadar maka akan berdampak buruk.
Trigliserida merupakan lemak yang memiliki perbedaan fungsi dari kolesterol, yakni sebagai senyawa penyimpan energi cadangan (senyawa ini akan digunakan ketika tubuh membutuhkan energi pada saat tidak ada masukan energi dari luar. Misal; diantara dua waktu makan, puasa, atau aktivitas fisik yang menguras tenaga). Rekomendasi kadar yang baik yakni <150, dengan batas tertinggi 199. Jika melebihi dari itu akan berdampak buruk (dikenal dengan hipertrigliseridemia).


Dampak negatif dari peningkatan kadar kolesterol jahat dan trigliserida dalam darah dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Dimana lemak akan berakumulasi didinding arteri sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis, yang bisa terjadi di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya, serta lengan juga tungkai. Jika Atherosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak, maka dapat mengakibatkan stoke. Jika terjadi didalam arteri yang menuju ke jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung.



Saran utama yang biasanya diberikan oleh dokter dan apoteker adalah; 
  • melakukan pola makan sehat
  • berhenti merokok atau mengonsumsi alkohol
  • rutin berolahraga
Terdapat beberapa jenis obat penurun kolesterol dengan fungsi yang berbeda-beda. Salah satu obat penurun kadar kolesterol dalam darah yang biasa diresepkan oleh dokter adalah obat golongan statin. Dimana obat-obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat enzim dalam hati untuk memproduksi kolesterol. Namun pada sebagian orang yang intoleran terhadap statin akan mengalami efek samping yang tidak nyaman setelah mengonsumsi obat tersebut, diantaranya seperti; sakit maag, nyeri otot, dan sakit kepala. Untuk itu mereka yang intoleran terhadap statin maka akan direkomendasikan niacin. Dimana niacin bekerja dengan cara menghambat kemampuan hati dalam memproduksi koleterol jahat. Niacin juga banyak terdapat dalam buah Alpukat. Pasien-pasien usia diatas 40 tahun biasanya juga diberikan aspirin dalam upaya menurunkan risiko Atherosklerosis yang dimulai dengan dosis rendah. Pemeriksaan darah secara berkala juga sangat dianjurkan untuk memantau fungsi ginjal.


Referensi:


Salam Sehat,
Ananirmala, S.Farm., Apt





Pernyataan Sikap Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Banggai Terkait Terbitnya PMK RI No. 3 Thn. 2020

KAMI TIDAK AKAN TINGGAL DIAM! Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020? Mari kita cermati bersama... ...