Sabtu, 13 Juli 2019

FARMAKOTERAPI DIARE



Sebelum kita membahas atau mempelajari tentang penanganan diare melalui penggunaan obat dan cara pencegahannya, maka kita perlu mengenal terlebih dahulu apa itu DIARE?
Menurut World Health Organization, diarrhoea is the passage of 3 or more loose or liquid stools per day, or more frequently than is normal for the individual. It is usually a symptom of gastrointestinal infection, which can be caused by a variety of bacterial, viral and parasitic organisms.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indoneisa. Hal ini disebabkan oleh tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.terkait penanganan diare.

Klasifikasi Diare:  
Berdasarkan lama waktunya, diare terbagi dalam 2 kondisi; 
  • Diare Akut (berlangsung kurang dari 15 hari) 
  • Diare Kronik (berlangsung lebih dari 15 hari)
Berdasarkan penyebabnya, diare terbagi dalam 2 kondisi;
  • Diare Spesifik (disebabkan oleh infeksi bakteri)
  • Diare Non Spesifik (bukan disebabkan oleh infeksi bakteri)
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit, maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen (buang angin), malaise, nyeri lambung, diikuti berat badan turun, anoreksia, dan lemah.
Untuk diare yang menyebabkan kekurangan cairan, biasanya pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, hipotensi, takikardi, dan suara menjadi serak.
Berdasarkan derajatnya dehidrasi dibagi menjadi 3 yaitu; (1) Dehidrasi ringan bila kehilangan cairan mencapai 5% BB, (2) Dehidrasi sedang bila kehilangan cairan antara 5% sampai 10% BB, (3) Dehidrasi berat bila kehilangan cairan lebih dari 10% BB.
Tabel Pemakaian Oralit pada Diare 
berdasarkan IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia)

Umur
Kondisi
<1 tahun
1-4 tahun
5-12 tahun
Dewasa
Tidak ada dehidrasi,
Setiap kali BAB beri oralit
100ml
(0,5 gelas)
200ml
(1 gelas)
300ml
(1,5 gelas)
400ml
(2 gelas)
Dengan dehidrasi,
3 jam pertama beri oralit
300ml
(1,3 gelas)
600ml
(3 gelas)
1,2 L
(6 gelas)
2,4 L
(12 gelas)
Mengatasi dehidrasi, setiap BAB selanjutnya
100ml
(0,5 gelas)
200ml
(1 gelas)
300ml
(1,5 gelas)
400ml
(2 gelas)



TERAPI FARMAKOLOGI
  1. Macam-macam obat yang bersifat curative maupun paliatif  pada terapi diare, meliputi; antimotilitas, adsorben,antisekretori, antibiotik, enzim, dan antimikrofilaria intestinal.
  2. Terapi diare akut (< 3 hari) yang tidak disebabkan oleh infeksi (tidak fever dan simtom sistemik) adalah terapi simtomatik seperti;terapi rehidrasi, pemberian loperamide/defenoksilat/adsorben, dan diet. Sedangkan untuk yang disebabkan oleh bakteri (ada fever dan simtom sistemik), menggunakan antibiotik yang sesuai. 
  3. Pada diare kronik (> 4 hari) yang mungkin disebabkan oleh; infeksi intestinal, inflamasi, malabsorpsi, penggunaan obat-obat tertentu, dan gangguan motilitas usus. Jika diagnosis belum dapat ditegakkan, maka diberikan pengobatan simtomatik seperti; terapi rehidrasi, menghentikan penyebab diare potensial, sesuaikan diet atau terapi dengan loperamide atau zat adsorpben. 
  4. Loperamide sering diberikan untuk diare akut dan kronik. Sedangkan obat-obat lain yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmidik/spamolitik atau opium (papaverine, ekstrak belladona, loperamide, kodein, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di usus dan akan menyebabkan terjadinya akumulasi bakteri (lipat ganda), gangguan digesti dan absorpsi. Karena obat-obat ini hanya berkhasiat untuk menghentikan peristaltik saja, sedangkan perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat dimana hal ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal bagi pasien.
  5. Adsorbpen, seperti kaolin, pectin, dan arang aktif, bekerja dengan mengabsorpsi secara non spesifik terhadap nutrient, toksin, obat atau zat-zat pembantu pencernaan. JIka diberikan bersamaan dengan obat lain dapat mengurangi bioavailabilitasnya.
  6. Bismut subsalisilat sering digunakan untuk pengobatan atau pencegahan, denga  efek antiskretori, antiinflamasi, dan antibakterial.
  7. Obat yang bekerja sebagai antikolinergik seperti atropin, mengurangi konstraksi saluran pencernaan sehingga memperpanjang masa feses dalam usus.
  8. Penggunaan antibakteri tentunya merupakan terapi kausatif (penyebab) untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri (yang kasusnya hanya sekitar 15%)
  9. Antibiotika perannya hanya ketika diare disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan diare bukan karena infeksi (non spesifik), sehingga antibiotika tidaka diperlukan. Bahkan beberapa antibiotika bisa menjadi salah satu penyebab daire, karena dapat mengganggu keseimabangan mikroflora pada usus. Antibiotika hanya boleh diberikan bila ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan laboratorium, atau ditemukan darah dalam tinja, atau ditemukan secara klinis tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi enteral, serta jika ditemukan di daerah endemik kolera.
PENATALAKSANAAN TERAPI
  1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan (menggunakan oralit)
  2. Pemberian suplemen zink (Zn), direkomendasikan pada anak; 10-20 mg/hari selama 10-14 hari.
  3. Identifikasi penyebab diare, spesifik (menggunakan antimikroba) atau non spesifik (obat yang bersifat suportif dan simtomatik)  
  4. Terapi definitif. Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.
 Tabel Predisposisi, Gejala, dan Terapi Diare karena Infeksi

PATOGEN
FAKTOR
PREDISPOSISI
SIMTOM
OBAT
PILIHAN
OBAT
ALTERNATIF

Salmonella
(nontipoid)
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Mual, muntah, diare, krsm, demam, inkubasi 6-48 jam
Flourokuinolon, dan Sefalosporin generasi III
Ampicillin, Sulfametoksazole, Chloramphenicol, dan azitromisin
Salmonella
(demam tipoid)
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Mual, muntah, diare, krsm, demam, inkubasi 6-48 jam
Flourokuinolon, dan Sefalosporin generasi III
Chloremphenicol, Sulfametoksazole, Ampicillin, dan Amoxicillin
Shigella
Makanan terkontaminasi, perjalanan
Demam, desentri, kram, inkubasi 12-24 jam
Flourokuinolon
Ampicillin, Sulfametoksazole, Ceftriaxone, dan Azitromisin
Campylobacter
Susu dan telur yang terkontaminasi, perjalanan
Diare, demam, malaise, inkubasi 24-72 jam
Erithromycine, Azitromisin, dan Flourokuinolon
Tetrasiklin, Aminoglikosida, Sefalosporine generasi III, dan Chloramphenicole
C. Difficile
Antibiotik dan antineoplastik
Diare ringan sampai berat, kram
Metronidazole
Vankomisin
E. Coli
Makanan, minuman, sayuran yang terkontaminasi
Mual, muntah, diare ringan hingga berat, dan kram
Sulfametoksazole, dan flourokuinolon
Sulfametoksazole, dan flourokuinolon
Gastroenteritis
(Virus)
Outbreaks, dan makanan terkontaminasi
Mual, diare (dapat sembuh sendiri), kram
Suportif
-

  
Sumber & Referensi: 
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). 2008 
- Priyanto,Apt,M.Biomed,Drs, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Leskonfi.2009
- M.Dachlan.Y.Al-Barry, Yustina Akmalia,S.Kp, A.Rahman Usman, Kamus Istilah Medis,Arkola Surabaya.2001
- World Health Organization, Diarrhoea Diseas, diunduh dari https://www.who.int/topics/diarrhoea/en
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Volume 2, triwukan II. 2011


Salam Sehat,
Ikatan Apoteker Indonesia PC Banggai
Penulis; Ananirmala, S.Farm., Apt













 

Pernyataan Sikap Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten Banggai Terkait Terbitnya PMK RI No. 3 Thn. 2020

KAMI TIDAK AKAN TINGGAL DIAM! Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020? Mari kita cermati bersama... ...